Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Kisah Pengrajin Bambu di Manggarai; Bertahan di Tengah Badai Krisis

Tak banyak yang tahu tentang pengrajin bambu yang satu ini. Dari anyaman bambu itulah, dia bisa bertahan dari hempasan badai krisis pada tahun gelap seperti sekarang ini. Pria paruh baya itu sedang menganyam bilah bambu saat saya mengajaknya bercerita pada senja kemarin. Beberapa bilah bambu itu disusunnya satu demi satu yang kemudian menghasilkan puluhan hamparan gedek bambu yang keren dan unik. Pekan sebelumnya memang saya memesan 20 lembaran gedek padanya. Ia pun menyanggupi. Dengan harga yang cukup ramah di kantong, ia akhirnya bisa menyelesaikan pekerjaan itu selama dua pekan. Namanya Hendrikus Kebaru. Wajahnya yang terkesan muda itu tidak menggambarkan umurnya sudah memasuki usia senja.  Berpuluh-puluh tahun sudah ia setia menekuni profesi sebagai pengrajin bambu. Walau pun beberapa pekerjaan lain diambilnya juga seperti menggarap lahan pertanian dan kebun, atau menjadi tukang bangunan. Hal itu dilakukannya agar pundi-pundi ekonomi keluarganya tetap terisi dan asap dapur tet...

Penerimaan Abu, Prapaska dan Revolusi Spiritual

  Dok Pribadi di Gereja Katedral Ruteng Pra-Paskah datang dengan penuh perhatian untuk membangunkan kembali kita, untuk melepaskan kita dari kelesuan." - Paus Fransiskus Hari ini Gereja Katolik sedunia merayakan hari pertama masa Pra-paska. Dalam tradisi gereja Katolik menyebutnya sebagai hari raya Rabu Abu. Nama Rabu Abu ini berasal dari pengolesan abu pertobatan kepada para umat beriman yang disertai dengan ucapan "Bertobatlah dan percayalah pada injil". Atau diktum "Ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu". Dengan penerimaan Abu ini, umat beriman Katolik memasuki masa beribadah dan berpuasa. Selama 40 hari umat Katolik menjalani masa perkabungan, pertobatan dan menunjukkan sikap merendahkan diri di hadapan Allah. Masa pekabungan ini disebut juga sebagai ret-ret agung . Disebut demikian karena gereja memberi kesempatan kepada umatnya untuk merefleksikan diri disertai dengan pertobatan batiniah.  Dalam masa refleksi ini d...

Menguak Makna Di Balik Ritus Adat Roko Molas Poco di Manggarai

Foto Dok Pribadi   Gerimis hujan mengiringi perjalanan kami menuju rumah Gendang Lada, Desa Manong Kecamatan Rahong Utara-Manggarai awal pekan kemarin. Tokoh adat dan masyarakat adat setempat menerima kami di pintu masuk kampung atau dalam bahasa setempat disebut  Pa'ang .   Mereka berpakaian rapi; serba putih dibalut tenunan songke Manggarai. Beberapa di antaranya tampak sigap pada dua sisi sebatang kayu bundar panjang berukuran 8 meter.  Di bawah hujan yang semakin deras, mereka terus bersenandung menghantar sebatang kayu panjang itu menuju pelataran kampung tempat dibangunnya rumah adat atau mbaru gendang . Jaraknya sekitar delapan ratus meter dari pa'ang. Tiba di pelataran kampung, rombongan itu  diterima dengan tari-tarian yang diiringi bunyian gendang dan gong. Mereka hanyut dalam irama sukacita itu karena seorang gadis cantik dari gunung dalam rupa sebatang pohon tiba di pelataran kampung Lada.  Sebatang kayu ini nantinya akan digunakan sebagai...