Ini akan menjadi festival terbesar di Manggarai.
Festival yang menggunakan nama gunung tertinggi di Manggarai yang ketinggiannya mencapai 2.140 Mdpl. Namanya, Festival Ranaka.
Penyelenggaraan festival ini bertujuan untuk memperkenalkan puncak Ranaka sebagai salah satu obyek wisata alam terbaik bagi para pencinta alam atau pun bagi para wisatawan.
Sejauh pengalaman penulis yang mencoba menyusuri puncak Ranaka tahun 2014 silam, keindahannya tak kalah dengan beberapa destinasi wisata lainnya di Manggarai. Selain menikmati hamparan bekas letusan gunung berapi di Nampar Nos, pengunjung bisa merasakan sendiri kedasyatan ciptaan Tuhan itu lewat pemandangan yang indah sejauh mata memandang.
Pengunjung pun dapat merasakan kesunyian di telaga Ranaka yang dikelilingi oleh hutan rimba. Tak hanya itu, simbol-simbol tradisi agama katolik berupa relik-relik jalan salib pun telah disiapkan bagi yang ingin berwisata rohani.
Berbagai kegiatan pun akan digelar dalam rangka menyemarakkan festival tersebut. Antara lain ada kegiatan Pentas Seni Budaya, Lomba Foto puncak Ranaka, cipta lagu tema Gunung Ranaka, Sampai Lomba Hiking menuju puncak ranaka dan masih banyak kegiatan lainnya.
Namun dari semua jadwal acara yang akan dilaksanakan nanti, sebuah pertanyaan dasar; apa yang bisa diperoleh dari diselenggarakannya sebuah Festival? Pertanyaan ini tentu saja menyeruak tatkala daerah-daerah di NTT sudah banyak melaksanakan berbagai festival.
Pada akhir tahun 2019 ini saja ada beberapa penyelenggaraan festival yang telah dilaksanakan. Antara lain ada Festival Mulut Seribu di Kabupaten Rote Ndao, Festival Inerie di Kabupaten Ngada, Festival Etu di Kabupaten Nagekeo, dan banyak lagi festival lainnya di NTT.
Tentu saja festival-festival tersebut bermaksud untuk mengangkat potensi-potensi pariwisata di daerah-daerah. Harapan lainnya adalah meningkatnya pendapatan masyarakat dalam festival tersebut melalui penjualan hasil produksi masyarakat.
Saya tentu ingat dengan festival Mulut Seribu di Rote Ndao beberapa waktu lalu yang memperkenalkan destinasi wisata Perairan Mulut Seribu di kabupaten itu. Pendapatan para pedagang pada saat pelaksanaan festival mencapai dua juta perhari. Ini tentu saja memenuhi harapan dari Gubernur NTT, bahwa festival bukan hanya soal seremony melainkan sebagai bagian dari cara kita untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pelaksanaan festival ini tentu tidak kaget-kagetan seperti gelagapan dari bangun tidur panjang. Namun festival ini diharapkan menjadi jembatan penghubung untuk memperkenalkan kembali Puncak Ranaka kepada dunia sebagai salah satu tempat yang layak dikunjungi. Apalagi setelah sekian lama puncak gunung Ranaka ini kalah pamor dari beberapa destinasi wisata lainnya di Manggarai. Sebut saja Wae Rebo atau Lodok Lingko Cara di Cancar Kecamatan Ruteng.
Hanya dengan perjalanan mendaki sekitar 9 km menuju puncak dari kampung Robo, Desa Ranaka, Kecamatan Wae Ri’i Kabupaten Manggarai ini, para pengunjung sudah merasakan kedekatan yang luar biasa dengan alam.
Puncak pelaksanaan Festival Ranaka ini nanti akan dilaksanakan pada Sabtu, 23 Nopember 2019 dengan lokus kegiatan di Mbaru Wunut – Ruteng dan di Puncak Ranaka.
Pemrakarsa dari festival ini adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai bekerja sama dengan anak-anak muda Manggarai yang tergabung dalam Komunitas Ca Nai.
Dalam kaitannya dengan festival Ranaka yang akan dilaksanakan ke depan kita tentu berharap agar dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke puncak ranaka sebagai salah satu tempat wisata yang layak diperhitungkan.
Mari bergabung di Festival Ranaka. Saya tutup cerita ini dengan lagu ini:
Gunung ranaka tinggi menjulang
Rimba belukar padang nan hijau membentang
Sawah dan ladang menguning nan emas
Diantara lembah ngarai dan sungai mengalir.
Kenangkan selalu, ingatlah slalu
Setiap saat setiap waktu dan sepanjang masa
Buktikan cintamu nyatakan baktimu
Dengan membangun dan membina daerahmu manggarai.
Gagah om Valen.
BalasHapus