Karya seni tidak hanya untuk dinikmati. Melainkan juga dinilai sebagai hasil dari suatu proses refleksi yang panjang dari perjalanan hidup seorang seniman. Bahkan di dalamnya termuat endapan-endapan pengalaman hidup manusia.
Karena itu dalam karya seni terkandung beberapa nilai hidup manusia. Seperti kegembiraan, penderitaan, kecemasan, ketakutan, dan bisa jadi pengalaman kesepian seorang seniman. Di dalam karya itu termuat catatan-catatan lepas dari seorang seniman sebagai upaya untuk mengaktifkan kembali memori kolektif dari suatu kelompok tertentu.
Tentang hal itu, saya pun bisa menangkap makna tersirat dari deretan karya-karya seorang Fotografer asal Ruteng-Manggarai. Dia adalah Ino Djemali.
Meskipun sampai saat ini, ada banyak pencinta fotografi yang tumbuh dan berkembang begitu lama di kota dingin Ruteng ini. Saya tidak bisa menyebut mereka satu persatu, namun karya-karya mereka bisa kita nikmati dalam beranda media sosial dan tentu tak kurang yang bisa menumbuhkan decak kagum dari para penikmat karya foto.
Sebagian besar pengguna media sosial tentu banyak yang belum mengenal dengan nama dari seorang penggiat foto yang satu ini. Namun apalah arti sebuah nama tanpa karya. Bukankah tentang nama hanya bisa dikenali melalui karya-karyanya. Nama dan karya adalah satu dan tak terpisahkan; dan merupakan representasi dari identitas diri. Begitupun dengan Ino Djemali.
Mungkin tidak hanya saya yang selalu menikmati karya-karyanya itu. Para pengguna media sosial lainnya juga merasakan pengalaman estetis yang sama ketika menggali makna dari karya seni fotonya itu. Hal itu nampak pada banyaknya respon pengguna media sosial dalam kolom komentar di beranda Facebooknya.
Sebagai penggiat fotografi, Ino Djemali mencatat aktivitas kesehariannya dengan memotret. Karya-karya fotonya menggambarkan pengalaman hidup yang ditemuinya dalam tugasnya sebagai ASN di Kecamatan Cibal Barat - Manggarai.
Saya menduga, aktivitas ini merupakan salah satu cara ampuh untuk melawan kejenuhan dari rutinitas pekerjaan sebagai ASN yang kadang kala membosankan.
Meski hanya menggunakan kamera Handphone namun dirinya bisa menyuguhkan potretan yang begitu menarik. Karya-karyanya bertema sederhana namun memantik emosi dari para penikmat foto.
Beberapa hasil jepretan itu agak dramatis, namun tetap mempertahankan bentuknya yang realistis. Dimana di dalam cerita potretannya itu dia hendak menyuguhkan kisah perjuangan manusia dalam pergumulannya di tengah dunia.
Hal ini bisa tergambar dari salah satu karya Foto
yang bercerita tentang seorang penjual pisang dan diberi judul Dempul Wuku Tela Toni, Kudut Manga Hang Bara
yang diposting pada 9 Mei 2021.
![]() |
Foto: Ino Djemali |
Beberapa foto lainnya terinplisit gambaran keterwakilan dari rentetan penderitaan manusia dalam mengarungi jejak kehidupannya. Tentang dunia yang semakin garang. Kita bisa menyimak dalam karya berikut ini yang diberi judul This is My World, (6/5/2021).
![]() |
Foto: Ino Djemali |
Tak hanya tentang kegelisahan, dirinya juga memotret sebuah gambaran tentang optimisme. Sebuah harapan di tengah kekuatiran. Hal itu terlihat dalam sebuah postingan tentang keindahan dunia yang menginspirasi dengan judul Morgen.
Mentari pagi yang menyinari dalam karya foto ini setidaknya memberi pesan agar kita mesti bangun dan segera beraktivitas untuk meneruskan kembali kehidupan ini demi menggapai harapan yang masih tersisa.
![]() |
Foto: Ino Djemali |
Bagi saya, aktivitasnya itu tidak hanya mengisi kekosongan jiwanya di tengah rutinitas kesehariannya yang sangat padat, namun dirinya memaknai penderitaan sebagai bagian dari perjalanan hidupnya sebagai pelayan masyarakat. Dia mencoba menjadi bagian dari seniman kehidupan yang merekam pengalaman keseharian dan ditunjukan pada dunia.
Dalam karya foto “Temaram Sehabis Hujan”, yang diunggah pada Rabu (6/1/2021), secara lugas dia mau menceritakan kisah kegetiran perjuangan manusia. Karyanya ini tergambar seorang pengendara yang menikung pada sebuah jalan umum. Pengendara itu tampak sendiri. Namun cahaya senja menantinya di ujung jalan.
Dugaan saya, sang Fotografer butuh banyak waktu untuk menunggu agar benar-benar bersatu dalam timing yang pas untuk mendapatkan hasil yang tepat sesuai isi penceritaan yang hendak disampaikan. Ino mau menceritakan bahwa kebahagiaan tidak diperoleh dengan gampangan, namun butuh perjuangan yang panjang dan melelahkan.
![]() |
Foto: Ino Djemali |
Karya foto lainnya juga tak luput dari gaya pencahayaan yang sama. Dimana dia selalu menggunakan moment waktu pagi saat matahari terbit dan senja saat matahari terbenam. Setelah ditelusuri, waktu pagi adalah saat dirinya menuju ke tempat kerjanya dan sore hari adalah saatnya dia kembali ke rumah setelah pulang kerja. Kita bisa temukan dalam karya indah di bawah ini.
![]() |
Foto: Ino Djemali |
Kepandaiannya untuk mengkombinasikan antara imajinasi dengan desain visual, keterampilan serta kemampuan memilih obyek yang tepat pada situasi yang tepat, tergambar juga dalam beberapa karya lainnya. Anda bisa berteman dan menelusuri karya-karya lainnya itu melalui media sosial FB dan Instagram Ino Djemali.
Dalam karya berikut ini, juga menggambarkan sebuah kedekatan antara manusia dengan alam. Meskipun tampak sebatang pohon yang tersisa di tengah horison yang begitu luas. Dalam foto ini, Ino mau memberikan pesan agar manusia tetap menjaga alam semesta yang kian hari kian tergerus oleh kerakusan manusia.
![]() |
Foto : Ino Djemali |
Tidak bermaksud untuk menyejajarkan dengan fotografer ternama Indonesia, seperti Andreas Darwis Triadi yang menginspirasi dan mengubah dunia. Atau Fotografer kemanusiaan terkenal Kevin Carter yang memenangkan penghargaan fotografi Pulitzer untuk foto seorang anak dan burung bangkai di Sudan pada tahun 1994.
Bagi saya, karya fotonya tidak hanya mengabadikan moment peristiwa tetapi mengurai peristiwa menjadi lebih bermakna.
Jujur saja, karya foto-fotonya menginspirasi saya untuk menulis. Bukan karena ada kemiripan dengan karya seni lukis yang saya gandrungi selama ini. Namun justru karena banyak jepretannya itu menarasikan kisah kehidupan manusia di tengah perubahan jaman ini.
Bahwasanya karya Fotografi itu juga mesti mengabdi kepada kemanusiaan. Tidak hanya mengabdi kepada para pemenang atau menunjukkan kemenangan.
Selain itu, sebuah karya foto sanggup mengungkapkan penderitaan dan menjadi ingatan kolektif untuk suatu pengalaman penderitaan yang hampir sama.
Karena itu tidaklah berlebihan kalau karya-karya Ino Djemali adalah bagian dari reaksi manusiawi atas segenap realitas yang terjadi. Karya-karyanya itu adalah gambaran tentang KITA.
Kira-kira begitu......
Komentar
Posting Komentar