Langsung ke konten utama

Danau Mbeang Ledas; Spot Wisata Baru dan Lokus Perjumpaan Para Mancing Mania


Dokumentasi pribadi 

By Valensius Onggot
Danau Mbeang Ledas bukanlah tempat istimewa. Bukan juga menjadi tujuan utama orang berwisata untuk sebagian masyarakat kota Ruteng. Karena tidak istimewa, maka jarang diperbincangkan. Dengan demikian tempat ini menjadi sangat asing di telinga, terutama bagi para pemburu keindahan.

 

Tetapi moment akhir pekan bagi saya tidak cukup hanya bermain smartphone. Apalagi sampai menggandrungi sosial media yang semakin hari semakin asosial. Persoalan sosial justru banyak dipicu dari gilanya orang bermedia sosial. Maka keluar dari zona berbahaya itu sungguh-sungguh perlu agar kewarasan tetap terjaga. Salah satunya adalah mencari ketenangan dan inspirasi hidup di luar kota.

Nah, di pinggiran kota Ruteng tepatnya di Kelurahan Karot, Langke Rembong Kabupaten Manggarai, ternyata ada spot wisata baru yang bisa dijadikan sebagai obyek melepas kepenatan. Maka pagi itu, pada sebuah akhir pekan yang cukup cerah, saya pun memutuskan untuk menyudahi rasa penasaran saya akan spot indah danau Mbeang Ledas.

Motor tua astrea grand saya, akhirnya membawa raga ini menuju tempat itu melalui sisi timur Bandar Udara Frans Sales Lega. Tidak butuh waktu lama beranjak dari pusat kota, hanya sekitar 20 menitan. 

Sepanjang jalan, saya sering berpapasan dengan kendaraan para petani yang pulang mengairi sawahnya. Mereka ternyata adalah sebagian dari pemilik ratusan areal persawahan di sekitar Mbeang Ledas. Sebagian besar dari mereka adalah warga yang berasal dari seputaran kota Ruteng. Selebihnya adalah para remaja; yang bisa ditebak sedang bergejolak.

Kendaraan saya hentikan di pinggiran jalan tepat menuju jalur jalan setapak ke obyek wisata tersebut. Bunyi burung endemik Flores seperti burung Qoaqiu, burung Pergam, dan beberapa jenis burung lainya seperti bersahutan mengiringi perjalanan kami. Jalan setapak itu terlihat licin dan berlumpur. Jadi perlu kehati-hatian saat melangkah kalau tidak mau terseret dalam kubangan lumpur.

Rasa penasaran itu pun hilang. Bentangan danau ini memang tidak luas, hanya selebaran dua kali lapangan sepak bola serta tersembunyi di antara sawah dan kebun penduduk. Nampak sepi. Air danau itu memang sedikit keruh, kecoklatan. Ini tentu berbeda dan tidak seperti yang dibayangkan; kalau dibandingkan dengan Danau Rana Mese - yang jernih itu.

Tetapi ini sudah cukup menjernihkan pikiran saya. Sebab alam akan selalu menyuguhkan dirinya menjadi lukisan yang sempurna. Keindahannya dipercantik dengan deretan Pohon-pohon yang menjulang kokoh di pinggiran danau, menyangga dan mengikat air agar danau itu tetap terisi. Pada sisi barat, dedaunan pohon-pohon cengkeh berkilau menambah nuansa baru bagi mata pengunjung.

Mata saya pun tertuju pada seorang lelaki paruh baya. Dia nampak asyik melemparkan mata kailnya pada kawanan ikan Nila. Berkali-kali juga menarik mata kailnya itu dan merasakan strike dengan penuh kepuasan. Dia kemudian mencelupkan mata kail kecilnya lagi pada sebuah wadah yang ternyata adalah lumut umpan untuk ikan Nila. Satu wadahnya lagi berisi ikan hasil tangkapannya meski diketahui hanya berukuran sebesar ibu jari.

“Saya sering ke sini ase. Ya, karena hoby mancing saja,” kata Pak Hugo yang diketahui berasal dari Kampung Watu seputaran kota Ruteng.

“Tidak tentu, kadang sehari pengunjung berkisar antara dua puluh sampai tiga puluh orang, dan setiap hari ramai. Mungkin karena pandemi maka kadang sepi,” tambahnya.

Ketika ditanyai soal apakah dirinya setuju seandainya tempat itu dijadikan salah satu tempat wisata oleh pemerintah. Dirinya sangat antusias apalagi kalau ditata menjadi tempat bagi mereka yang suka memancing ikan.

“Setuju saja kalau tempat ini dijadikan obyek wisata. Dan pemasukannya bisa untuk perbaikan jalan supaya ramai. Terutama wisata mancing,” tuturnya.

Wisata Mancing? Why Not

Wisata memancing? Boleh juga. Meski ini tetap dianggap sebagai suatu hal yang baru untuk masyarakat kota Ruteng. Kota yang dikenal sebagai kota hujan dan kota dingin.

Betapa tidak, wisata memancing ikan ini akan menambah khasanah wisata di Manggarai. Ini akan menjadi salah satu alternatif pilihan di antara jenis wisata di Manggarai. Ada obyek wisata religius di Golo Curu - Ruteng. Wisata pantai di Nanga Banda Reok. Wisata budaya ada di Wae Rebo dan Todo. Wisata sejarah ada di Liang Bua serta beberapa jenis wisata menarik lainnya.

Karena itu kegemaran memancing ikan saat ini telah menjadi alternatif pilihan melepaskan kepenatan di akhir pekan. Mbeang Ledas akan melayani para mancing mania yang jauh dari pantai. Juga untuk melayani para penghoby mancing di tengah keterbatasan lokasi obyek pemancingan. Di Manggarai ada satu spot lokasi pemancingan yang saya kenal yaitu di Nanga Woja Kecamatan Satar Mese. Ada juga yang lain yakni di Tambak Dalo di Kecamatan Ruteng. 

Nah, mengapa Danau Mbeang Ledas ini menjadi salah satu pilihan spot wisata baru khusus lokasi pemancingan? Ya ini karena kondisinya yang alami serta letaknya yang sangat strategis. Yang paling penting adalah mudah diakses. Spot ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi kawula muda. Tentu tak ketinggalan bagi orang tua yang berjiwa muda.

Saya membayangkan suatu saat lokasi ini ditata dengan apik. Jalan setapak dibangun agar pengunjung bisa terasa nyaman. Sepanjang pinggiran danau juga ditata dengan baik. Beberapa gazebo pun dibangun agar pengunjung bisa menikmati suasana santai bersama keluarga dan mengolah ikan hasil tangkapan mereka sendiri. Ada tempat berselfie, sekaligus bagian dari promosi.

Bukan tidak mungkin, tempat ini akan menjadi lokasi wisata mancing keluarga alternatif liburan yang murah meriah. Anak-anak akan bermain di pinggiran danau yang telah ditata dengan baik. Para pegunjung akan langsung menikmati hasil ikan segarnya di lokasi itu. Dan di tempat ini anak-anak juga akan bisa belajar tentang alam, hutan dan burung endemic Flores. 

Namun memang sampai sejauh ini lokasi wisata ini masih menjadi milik pribadi dari petani sawah di Mbeang Ledas. Karena itu, kondisinya masih alamiah dan belum tersentuh.

So, lokasi ini cocok buat kalian semua, para mancing mania. Jangan berlama-lama, mari kunjungi tempat ini. Namun jangan lupa bawa alat pancing, tentu sambil bercerita tentang indahnya kota Ruteng ini. 

Selamat Menikmati...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesta Sambut Baru; Salah Satu Hadiah Terbaik Orang Tua?

Foto di Depan Gereja Katedral Ruteng Oleh : Valensius Onggot Wajahnya sumringah. Ketika begitu banyaknya orang yang datang memberikan ucapan selamat.  “Selamat ya nak!”  Dia pun menerima ucapan selamat itu dengan rasa bangga. Wajahnya tambah ceria. Bak Ratu sehari. Itulah yang dialami oleh anak saya, Cecilia beberapa minggu yang lalu (5/5/2019). Juga mungkin dialami oleh anak-anak lainnya. Apalagi saat ini lagi musimnya pesta sambut baru. Kemarin ditelpon oleh seorang teman, undang saya karena anaknya sambut baru Minggu esok.   “Makasih undangannya kawan!” kata saya. Bagi seorang anak yang beriman Katolik, penerimaan komuni pertama adalah sesuatu yang sangat dinantikan. Karena itu begitu banyak persiapan yang mesti dilakukan. Ada persiapan rohani, baik untuk si anak maupun bagi para orang tua. Namun yang merepotkan adalah persiapan jasmaniah. Pesta-pesta . Ada yang bercerita, kalau sebelumnya si anak turut sama ajakan orang tua. Tak ada pesta-pesta . Yang ada n...

Sejenak “Berkontemplasi” Menikmati Sawah Lingko Cara

Sebagian dari anda tentu sudah mengenal Lodok Lingko Cara yang terletak di Desa Meler, Kecamatan Ruteng, Manggarai. Namun bila anda yang belum ke sana, saya sarankan; carilah kesempatan sejenak untuk menikmati sejuta keindahan alam nan unik yang merupakan warisan masa lalu orang Manggarai itu. Untuk itulah saya bersama keluarga singgah sebentar di lokasi tujuan wisata tersebut. Dengan karcis masuk seharga super murah Sepuluh Ribu Rupiah, perjalanan menikmati keindahan Spider web rice field dari puncak Weol Kelurahan Wae Belang, pun dimulai. Hanya sekitar 400 meter dari jalan raya, kami dan para pengunjung lainnya sudah bisa sampai di puncak Weol. Sedikit bersusah payah, karena harus melewati 200-an anak tangga dengan sedikit treking curam. Untuk kesehatan, nah... ini bagus bagi mereka yang berat badan lagi naik. Di puncak Weol ini, hamparan sawah yang luas akan menjadi suguhan yang enak dipandang. Makanya, anak saya Gavin tiba-tiba mengucapkan kata “amazing” dari mulut...

Hendak Kuliah di Amerika, Ini Konsep Pendidikan Menurut Angela

Oleh : Valensius Onggot "Pendidikan itu adalah investasi," Angela Namanya Angela Merici G. Adem. Umurnya baru 21 Tahun. Ketika ia lulus dalam proses seleksi beasiswa S2 di luar Negeri tahun 2017 silam. Saat itu, baru enam bulan mengajar pada sebuah sekolah swasta di Kabupaten Manggarai. Tepatnya di SMAK St. Stefanus Ketang – Kabupaten Manggarai.  Di usia yang terbilang muda, 20 tahun, Angela sudah mendapatkan gelar sarjana S1 dari Universitas Negeri Malang dengan jurusan yang paling diminatinya; Matematika.  Alur cerita perjalanan hidupnya tentu seharusnya sudah berubah. Ia sudah menjadi guru Matematika dan merasakan nikmatnya menjadi staf pengajar, sesuai gelar kesarjanaannya itu.  Namun tidak bagi Angela. Peluang-peluang baru selalu terbuka. Pendidikan baginya adalah investasi jangka panjang. Tidak cukup hanya menjadi seorang guru, terutama guru di Indonesia Timur yang memiliki catatan buruk soal sarana dan prasarana pendidikan. “Saya mengambil kuliah...

Angela: Kukirimkan Pesan Cintaku Dari Universitas Columbia ke Tana Nuca Lale

Oleh : Valensius Onggot Angela: Foto di depan Columbia University Angela benar-benar sudah tiba di New York Amerika Serikat. Lebih tepatnya dia sudah mengunjungi kampus barunya, Columbia University. Setelah perjalanan panjang dan melelahkan dari Indonesia menuju Amerika. Lihatlah foto selfie Angela di atas, tepat di pelataran Universitas Columbia. Angela ini tentu bangga karena bisa kuliah di salah satu kampus terbaik di Amerika. Universitas yang terletak di Manhattan pusat Kota New York ini masuk dalam Ivy League atau 8 universitas terbaik di Amerika; bahkan di dunia. Saya coba mencari tahu di Mbah Google. Siapa sih orang Indonesia yang pernah belajar di sana? Ternyata tidak banyak. Antara lain ada artis cantik, Cinta Laura. Artis yang  menyanyikan lagu, “becek, ga ada ojek” itu. Selain Cinta Laura, tentunya ada banyak lulusan terkenal dan berprestasi yang mendapatkan penghargaan Nobel. Salah satunya Harold C. Urey di bidang Kimia. Dan masih banyak para lulusan lainn...

Terima SK PPPK, Youtuber Ini Berlinang Air Mata

Foto bersama Jefri Agung Oleh Valensius Onggot Kabar baik datang di Bulan Juni. Terutama bagi tenaga PPPK atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang lolos seleksi pada 2021 lalu. Mereka akhirnya resmi menjadi pegawai pemerintah melalui Surat Keputusan pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara. Tak terkecuali di Kabupaten Manggarai. Pelaksanaan penyerahan SK untuk guru dalam proses seleksi tahab 1 dan 2 diselenggarakan pada Jumat 3 Juni 2022. Penyerahan SK Bupati Manggarai tersebut dilaksanakan secara terpusat di Aula MCC Ruteng oleh Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut, SH. Ada hal yang menarik saat penerimaan SK tersebut. Dari 604 orang guru, saya mendapati seorang guru yang juga sering berkecimpung dalam media sosial. Dia adalah seorang Youtuber. Meski baru setahun jagung dengan subscribe yang masih bisa dihitung dengan jari, proses kreatifnya tak kalah dengan yang berpengalaman. Dia adalah Jefri Agung. Nama chanel youtubenya sama dengan namanya sendiri #htt...

Jalan Panjang Menemukan Seorang Imam Diosesan Pertama Dari Paroki St. Wihelmus Ngkor

Foto: Undangan Tahbisan Diakon Menjadi seorang Imam Katolik berarti mengikrarkan setia selibat, ketaatan dan kesahajaan hidup yang berakar dalam doa. Kami bangga ketika saudara kami ini memilih hidupnya menjadi seorang imam Katolik. Ini berarti dia memberi diri bagi Tuhan dan sesama dengan sukacita dan semangat rela berkorban bagi sesama. By : omvalen Ada sesuatu yang berbeda dari Paroki St. Wihelmus Ngkor tahun ini. Seluruh umat Paroki ini  bergembira menyongsong akan ditahbiskannya seorang imam diosesan/Imam Projo untuk pertama kalinya. Dia adalah Frater Stefanus Jimmy Wintoyo Mala .  Pentahbisan Diakonatnya akan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2020 nanti oleh YM Uskup Ruteng. Kalau tak ada aral rintangan, Frater Jimmy ini selanjutnya akan ditahbiskan menjadi imam pada bulan Oktober 2020 bersama 9 Diakon lainnya. Tentu saja ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Kebanggaan itu tidak hanya diperuntukkan bagi pasangan Bapak Kosmas Mala dan Ibu Bernadeta Ti...

Menakar Konsistensi dan Inovasi Guru SMPN 4 Langke Rembong di Era Pandemi Covid 19

Foto bersama Kepsek SMPN 4 LR Oleh: Valensius Onggot Ketika   pandemi Covid 19 ini menghantam dunia pendidikan, SMP 4 Langke Rembong sesungguhnya telah siap dengan terobosan dan strategi agar keberlangsungan proses pembelajaran tetap terjaga. Terobosan dan strategi ini ditempuh melalui berbagai kegiatan pelatihan bagi para staf pengajarnya. Terutama penggunaan sarana teknologi informasi yang berbasis online . Saya pun berkesempatan menimbah ilmu dari Bapak Wenseslaus R. Yan pada Jumat (25/9) kemarin. Dia adalah seorang konseptor yang menahkodai SMPN 4 Langke Rembong. Kami bercerita tentang pendidikan yang berubah dalam sebuah paradigma baru akibat hantaman pandemi Covid 19. Hal-hal lain, juga tak luput dari pembincangan. Terutama situasi kekinian yang menjadi percakapan publik. Namun jujur saja; saya begitu takluk di hadapan semangat dan optimismenya membangun dunia pendidikan. Terbukti di bawah kepemimpinannya, Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Lao, Kecamatan Langke Rembon...