![]() |
Berpose di salah satu sudut ruang baca |
Siang itu saat rehat dari rutinitas pekerjaan, saya berkesempatan mengunjungi perpustakaan daerah Kabupaten Manggarai. Letaknya yang cukup strategis memudahkan saya menuju tempat itu. Apalagi perpustakaan milik daerah tersebut berdampingan dengan kantor tempat saya bekerja.
Tak ada hal lain, tentu ingin mencari bahan bacaan yang menarik agar nutrisi otak tetap terisi. Berburu informasi melalui buku-buku di sela-sela rutinitas yang membosankan juga penting, agar hidup menjadi lebih berdaya guna. Diharapkan agar daya nalar terus diasa,
Tentang perpustakaan, apalagi sekelas perpustakaan milik daerah sebagaimana anggapan banyak orang adalah seperti tempat keramat, dan mungkin menakutkan. Perpustakaan daerah hanya memajang buku-buku berdebu, dimana ada lorong-lorong sunyi dengan sekumpulan buku-buku lapuk.
Namun ternyata jaman yang berubah ini membuatnya terus berbenah. Ada yang berbeda di sana. Di Perpustakaan Daerah tersebut, saya temukan beberapa unit komputer yang digunakan untuk pembelajaran program dasar ilmu komputer. Buku-buku baru juga terpampang dengan sangat baik dan tersusun rapi sesuai tema-nya masing-masing.
Pengunjung bisa temukan buku-buku yang diminati seperti ilmu Filsafat, Agama, Sastra, buku-buku umum, buku-buku pelajaran siswa dan berbagai keilmuan lainnya. Tinggal saja para pengunjung memilih sesuai kebutuhan bahan bacaan yang dibutuhkan.
Sekilas, itu artinya perpustakaan umum daerah Manggarai perlahan bergerak menuju sebuah paradigma baru. Apa itu? Perpustakaan ini sudah menjadi bagian dalam kehidupan sosial kemasyarakatan sehingga disebut Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial.
Perpustakaan yang bertransformasi ini ternyata telah dimulai sejak tahun 2018 silam. Dengan demikian perpustakaan bukan hanya tempat untuk membaca buku tetapi juga berguna untuk mendapatkan ragam informasi yang dibutuhkan. Perpustakaan telah berfungsi sebagai layanan informasi serta pelibatan masyarakat.
Untuk menunjang hal itu, maka Perpustakaan yang berada di pusat kota Ruteng ini dilengkapi dengan 750 judul buku yang tersedia. Bahkan tahun 2023 ini ada penambahan 250 judul buku untuk terus memperkaya bacaan para pengunjung. Selain itu pengunjung juga bisa menggunakan fasilitas pembelajaran program dasar komputer yang dikhususkan pada anak-anak.
Itu artinya, perpustakaan daerah kita perlahan mengubah dirinya menjadi tempat yang sangat menyenangkan, dimana orang bisa berkumpul untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Sebab kata orang, dari buku-buku kita dapat memperoleh pengetahuan namun dengan sharing pengetahuan akan terus memperkaya khazanah pengetahuan.
Hal ini tentu ibarat angin segar di tengah dahaga kesemberawutan penataan perpustakaan selama beberapa dekade terakhir ini. Sekiranya dengan paradigma baru ini perpustakaan daerah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan dan dekat dengan masyarakat umum.
Secuil Cerita dari Kadis Perpustakaan
Dari Ibu Venidiana Wanggut, Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Manggarai saya bisa menemukan beberapa hal penting. Dirinya menuturkan bahwa pelayanan bagi para pengunjung pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Manggarai terus saja berbenah.
Dirinya otimis kalau perpustakaan kini menjadi salah satu tempat yang sungguh menyenangkan. Tempat dimana orang bisa berkumpul dan berbagai informasi serta pengetahuan.
Lebih dari itu ruang perpustakaan bukan sekadar ruang baca, melainkan ruang untuk belajar, berbagi dan bermain, serta sebagai tempat pelatihan keterampilan.
"TK (baca Taman Kanak-kanak) Bhayangkari juga pernah ke sini. Mereka baca buku di sini dan mendengarkan cerita dongeng yang dibacakan oleh pengawai di sini", ungkapnya di sela-sela kesibukannya saat itu.
![]() |
Foto Bersama Kadis Perpustakaan dan Arsip Daerah |
Namun faktanya saat ini dari aneka peran yang dimainkan oleh para pengelolah perpustakaan, tetap saja peran perpustakaan tergerus oleh masifnya ruang digital yang kian pesat. Minat baca masyarakat tidak berubah bahkan terjun bebas menuju titik terendah.
Banyak survey menyebutkan bahwa setengah penduduk Indonesia kini terhubung ke Internet yang juga berdampak pada rendahnya minat membaca buku. Rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan 8 jam sehari bahkan lebih untuk menggunakan handphone. Adapun platform yang sering digunakan yakni Youtube, Facebook, dan WhatsApp dan beberapa aplikasi lainnya.
Karena itu, daya tarik membaca buku melalui perpustakaan memang menyisakan hal yang tidak menyenangkan. Nasib perpustakaan kita masih jauh
dari sempurna. Hampir semua orang tahu kalau perpustakaan kita adalah tempat
yang berdebu dan kusam. Perpustakaan serupa gudang tempat menyimpan buku-buku
dengan koleksi yang tak pernah di-update.
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Kalau berdasarkan tata urutan perangkingan, Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 61 negara soal minat baca.
Tidak seperti di beberapa Negara lain,
perpustakaan sebagai jantung kegiatan warga, tempat berinteraksi, serta
membangun persaudaraan di antara banyak orang.
Ada yang berpandangan kalau hal ini menjadi cerminan kurangnya kemajuan berpikir kita,
tak adanya apresiasi terhadap ilmu pengetahuan. Ketika masyarakat hanya
mementingkan kehidupan ekonomi, memikirkan hal-hal lainnya maka
perpustakaan akan tetap menjadi tempat yang berdebu, bahkan menakutkan.
Dari beberapa hal yang saya ceritakan di atas, dapat diambil kesimpulan tentang beberapa alasan penting mengunjungi perpustakaan Daerah Manggarai:
1. Letaknya yang strategis, di pusat kota membuat akses menuju ke sana sangatlah mudah.
2. Perpustakaan bukan hanya tempat membaca buku tetapi saat ini menjadi tempat pengembangan potensi-potensi masyarakat sebagaimana yang saya sudah ceritakan dalam tulisan ini.
Kalau tulisan ini tidak berkenan silahkan mengisi kolom komentar di bawah ini.
Mungkin sedikit masukan untuk Perpustakaan. Seharusnya lebih dibuat menarik bagi pengunjung.
BalasHapusRuangan yang sempit dan penataan ruang yang kurang menarik.
Selain itu juga, koleksi buku baru tidak menjadi patokan untuk pengunjung merasa terupdet. Perpustakaan di jaman sekarang ini, lebih terasa seperti Museum yang jika di kunjungi hanya memiliki kenangan, memori masa lalu serta apa yang pernah ada sebelumnya. Seharusnya perpustakaan membuat transformasi atau perpaduan seperti museum perpustakaan. Dimana pengunjung dapat mempelajari sesuatu yang telah lama diketahui namun seakan informasi tersebut baru terupdet di kalangan usia sekarang ini.