![]() |
Akhirnya komunitas Ca Nai boleh menggunakan sebuah sarana komunikasi publik berupa website resmi, www.mbaruwunut.com. Website ini resmi beroperasi setelah dilaunching pada Rabu malam (6/3/2019) kemarin.
Beberapa komunitas kecil turut ambil bagian dalam memeriahkan acara ini. Moment sederhana; hanya ada secangkir Kopi Kampong Manggarai yang ditemani ubi goreng dan ada kokis lemet.
Komunitas ini hadir sebagai jawaban dari keprihatinan bersama. Hadir sebagai reaksi peduli dengan kondisi Rumah Wunut.
Beberapa bulan lalu bahkan ramai diperbincangkan di media sosial. Mereka mengutuk keras aksi vandalisme yang mengubah tampilan Mbaru Wunut menjadi lebih menyeramkan. Ada coretan-coretan, gambar tak senonoh dan kalimat-kalimat yang isinya tak jelas.
Bangunan yang berlokasi di pusat Kota Ruteng tersebut saat itu tampak kumuh. Tidak terawat. Sampah pun berserakan dimana-mana. Rumput-rumput liar dibiarkan menghiasi patung pahlawan kebanggaan orang Manggarai, Motang Rua.
Sebagai satu bentuk kepedulian, beberapa orang muda pun secara spontan melakukan aksi pungut sampah di halaman Mbaru Wunut. Saya pun hadir pada saat itu. Kegiatan lainnya terus berlanjut, bahkan ada aksi pentas seni dan tarian lainnya yang memberi warna baru pada simbol budaya Manggarai tersebut.
Semua komunitas kecil kemudian bergabung dalam sebuah payung bersama dengan nama Ca Nai. Secara leksikal diartikan sebagai satu hati. Sehati sejiwa tanpa ada perbedaan, satu hati dalam ragam wajah.
Mulai saat itulah, komunitas ini secara rutin berjalan dalam agenda bersama membersihkan lokasi bangunan tersebut. Bahkan saat ini tempat tersebut menjadi lokasi pentasan seni, diskusi bertema budaya dan kegiatan kreatif lainnya. Ada WIFI gratis juga. Asyik, bukan?
Rumah Gendang dan Konteks Kekinian
Sampai saat ini, tak ada bangunan atau fasilitas publik yang aktivitas ritualnya sebanyak atau melebihi rumah Gendang. Mulai dari acara peletakan batu pertama sampai acara puncak penggunaan rumah Gendang. Belum lagi ritual adat tahunan lainnya terus digelar oleh masyarakat adat setempat.
Namun hal tersebut tidak dibarengi dengan usaha menjaga tradisi yang dilakukan di dalam rumah Gendang. Beberapa rumah Gendang yang sempat saya temui tidak terawat dengan baik karena tidak lagi digunakan sebagai unsur pemersatu oleh masyarakat adat setempat. Tidak seperti dulu, rumah gendang dijadikan sebagai tempat untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi pada masyarakat adat.
Tentu hal ini mengakibatkan rumah gendang berada pada titik nadir sebagai “rumah bersama” (home, bukan house). Bangunannya kadang hanya simbol keberadaan masyarakat Manggarai secara keseluruhan.
Namun hal tersebut tidak dibarengi dengan usaha membuat simbol-simbol tersebut tampak hidup dalam aktivitas sehari-hari. Akibatnya, unsur estetis rumah gendang sebagai rumah bersama tak kelihatan, bahkan sebaliknya terkesan angker dan menakutkan.
Karena itu saatnya Rumah gendang dimaknai sebagai sebuah capaian tertinggi dari suatu masyarakat adat. Di dalamnya bukan hanya tempat berlangsungnya aktivitas ritual belaka melainkan juga sebagai tempat berlangsungnya aksi kultural yang juga mengandung sebuah pesan peradaban. Ada pesan moral. Nai Ca Anggit, Tuka Ca Leleng.
![]() |
Menikmati suasana pentasan seni malam launching website www.mbaruwunut.com |
Ca Nai
Berhadapan dengan persoalan-persoalan tersebut, perlu dibangun kembali intuisi kebersamaan. Sebagaimana semangat awal pada saat dibangunnya sebuah rumah Gendang.
Karena itu, hal yang paling penting adalah kesatuan tekad. Ca Nai bukan hanya sebagai gerakan orang muda, namun memberikan pesan penting sebagai sebuah gerakan budaya.
Karena itu, tidaklah berlebihan kalau komunitas ini dinamai Ca nai dengan berambisi mengembalikan fungsi rumah Wunut pada hal yang sebenarnya. Rumah yang menjadi simbol persatuan. Dengan hadirnya website ini tentu akan membuatnya terkesan lebih modern atau Mendunia.
Pada saat menghadiri acara peluncuran website ini, saya sangat menikmatinya. Di samping karena saya juga menikmati karya seni anak muda, baik penampilan pembacaan Puisi dari anak Lentera Sastra, StandupComedy dari anak Komunitas Motor Vixion Ruteng, dan lagu daerah dan juga atraksi tarian dari anak-anak lainnya.
Koordinator komunitas ini, Tedy Nahas menjelaskan bahwa peluncuran website ini sebagai momentum yang sangat bagus untuk mengekspresikan hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Manggarai.
“Website ini diharapkan mempromosikan budaya Manggarai keluar. Karena kalau hanya di sini saja kegiatannya maka orang luar tidak akan tahu. Karena itu kita harapkan agar tetap menjaga, membersihkannya dan memelihara tempat ini. Jangan sia-siakan ini tempat karena kita memperjuangkannya sangat lama,” tegasnya.
Komunitas Ca nai ini tentu kedepannya dimaksudkan untuk mengembangkan bakat. Di samping itu, untuk berbagi ilmu bersama dalam bentuk kegiatan seni dan budaya. Selanjutnya kegiatan ini diharapkan dapat mendukung kegiatan pemerintah.
Terima kasih untuk dukungan dari semua pihak. Dari Pemerintah Kabupaten Manggarai dan dari seluruh elemen masyarakat yang peduli dengan simbol budaya orang Manggarai ini. Mari jadikan masyarakat kita sebagai masyarakat yang berbudaya!
Tentu saja, sambil Minum Kopi Manggarai!
(Valensius Onggot)Ruteng, Flores -NTT
![]() |
Koordinator Komunitas Ca Nai sedang memberikan sambutan |
Komentar
Posting Komentar