Oleh: Gordianus Intus
Sesekali kita berputar ke bulan Desember.
Waktu yang tepat untuk meresapi semua yang gagal. Semua yang pernah runtuh dan tidak berputar sebagaimana mestinya.
Semesta telah menunjukkan inilah waktunya kita dewasa. Tidak ada lagi yang bisa kembali, salah satunya perihal mimpi. Sekali pergi, pergi untuk selamanya.
Jadi sebenarnya siapa yang salah, dunia atau kita?
Bukannya dunia tak adil meski waktu dunia sedang begitu baik.
Kita kadang lupa berkata bahwa dunia ini sangat adil kepada kita. Mulai sekarang jangan sering-sering menyalakan semesta.
Dia sudah bekerja dengan semestinya atau seharusnya, hanya saja kita yang harus menyesuaikan diri. Kan yang punya mimpi bukan hanya kamu. Semua orang juga akan terbang dengan angannya masing-masing. Sabar mungkin belum waktunya, teruslah berusaha.
Kita tidak akan tahu usaha mana yang akan berhasil, kita juga tidak tahu jalan mana yang tepat.
Tuhan punya rencanaNya sendiri.
Diri sendiri jangan disalahkan terus. Semua yang terang akan redup, dan semua yang gelap akan terang sesuai dengan sinarnya masing-masing. Mungkin inilah sisi lain dari sebuah misteri kehidupan kita sebagai manusia.
Jadi tidak ada yang salah, semuanya sama.
Manusia di bumi semuanya sedang berjalan. Berjalan dengan porsinya masing masing, hanya saja ada yang pelan, ada berlari dan bahkan ada yang duduk sebentar.
Sebelum tertidur untuk selamanya pastikan mimpimu sudah terwujud. Biar semuanya tenang. Karena inilah muara akhir dari kehidupan kita semua. Apalagi yang namanya istilah cita cita atau masa depan. Selama bertambah usia, pikiran dan perhatian kita tertuju para muara ini.
Tujuan akhir kita semua hanyalah satu, yaitu mati.
Pada akhirnya usia akan terhenti dan pada saat itu kita hanya terbaring dengan air mata. Orang-orang akan menangis dan kita akan pergi. Dan semua yang ada akan tetap pada posisinya. Hanya saja raga kita kehilangan nyawa.
Kita semua akan menjadi dewasa, tumbuh dan berkembang dalam dunia yang fana.
Dunia yang kadang isinya tentang perebutan nama. Saling sikat tapi saling senyum. Lucu juga.
Makin dewasa hati semakin kehilangan rasa untuk memiliki seseorang yang hanya lalu lalang. Apalagi untuk sekedar membalas pertanyaan "pande apa ite?"
Sekarang sudah bukan waktunya, kita butuh orang yang tepat untuk dijadikan yang terdekat.
Komentar
Posting Komentar