Berbincang dengan Romo Fery kian hangat. Kami tidak hanya berdiskusi soal pengembangan iman umat. Sambil menyeruput kopi pa'it ala Manggarai Timur, kami bercerita tentang sesuatu yang paling diminatinya. Yakni kesungguhannya menanam jenis hortikultura di atas lahan tidur.
By: Omvalen
“Bukan lahannya yang tidur, tapi kita-lah yang kebanyakan tidur”, kata Romo Firminus Rusmiadin, Pr saat membuka perbincangan kami di atas areal tanaman hortikulturanya akhir pekan kemarin.
Pagi itu matahari bersinar cerah. Romo Fery – begitu ia disapa – baru selesai menyirami beberapa jenis tanaman sayurannya. Ada Cabai, Fambox, Sawi, Tomat dan Terung.
Aktivitas rutinnya sebagai pastor Paroki St. Robertus Tilir diisi dengan kegiatan menanam. Katanya, alam itu ibarat rahim seorang ibu. Mampu melahirkan berbagai jenis tanaman untuk kebutuhan manusia. Karena itu tanah perlu dijaga dan dirawat.
Tidak hanya untuk mengisi waktu luang di sela-sela kegiatan pastoralnya, menanam baginya merupakan proses edukatif masyarakat.
Pelayanan pastoral kontekstual “berkotbah dengan berbuat” ini diharapkan bisa mendorong petani untuk keluar dari pola pertanian tradisional menuju pola berpikir baru. Karena itu, lokasi pengembangan berbagai jenis tanaman ini pun terbuka bagi warga untuk belajar. Anak-anak sekolah pun dilibatkan dalam proses belajar menanam ini.
“Setiap hari Sabtu biasanya anak-anak datang di kebun ini untuk belajar bertani. Selain melakukan pembinaan secara rohani, lokasi kebun ini juga digunakan sebagai tempat bermain. Mereka biasanya bermain sambil belajar. Belajar menanam, menyiram dan merawat tanaman. Anak-anak OMK juga seperti itu. Hanya karena wabah Korona ini maka mereka tidak datang lagi,” tuturnya.
Segelas kopi dan ubi menemani cerita kami di atas bale-bale bambu. Dua tahun berlalu dirinya ditugaskan di paroki Tilir. Tentu waktu luang di antara pelayanan umat membuatnya terus bereksplorasi untuk menanam.
Hortikultura dan Peningkatkan Ekonomi Masyarakat
Menurutnya, menanam jenis hortikultura itu merupakan sebuah peluang baru.
Terutama menjadi sumber pendapatan ekonomi masyarakat.
Namun hal ini juga bukanlah perkara mudah. Ketergantungan ekonomi
masyarakat Desa Benteng Riwu, Kecamatan Borong dan wilayah Manggarai Timur pada
umumnya ini tetap pada Padi sawah dan penjualan hasil Kopi.
“Ini tentu tidak mudah. Perlu pendampingan yang berkelanjutan”, katanya.
Dijelaskannya, bagi para petani aktivitas menanam hortikultura ini adalah sesuatu yang baru. Padi sawah dan kopi tetap menjadi andalan ekonomi masyarakat.
Karena itulah dirinya merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari
upaya mengedukasi masyarakat untuk menanam hortikultura ini. Bahkan Keuskupan
Ruteng telah mengeluarkan sebuah himbauan agar lahan paroki dimanfaatkan
melalui program Pengelolaan Kebun Pastoran Yang Sehat dan Asri.
Menindaklanjuti program tersebut, Romo Fery terus membangun kerja sama dengan Komisi PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) Paroki St. Robertus Tilir. Tujuan utama adalah pemberdayaan masyarakat.
Lokasi kebun pastorannya dijadikan
lapangan kerja bagi umat paroki terutama kepada kaum ibu. Termasuk dalam
pengelolaan pupuk organik bokasi secara mandiri.
Pada beberapa bidang areal kebunnya itu, ia juga mengembangkan
Indigofera. Tanaman Indigofera adalah salah satu tanaman penghasil pakan
ternak. Daun-daunnya nanti akan diolah sebagai pakan ternak dan bahan baku
pengelolaan pupuk bokasi.
Pupuk bokasi inilah yang menjadi nutrisi utama bagi tanamannya. “Pupuk
kimia tidak kita pakai”, jelasnya.
Berbagai jenis sayuran ini kemudian dijual kepada masyarakat sekitar. Biasanya mereka datang sendiri di kebun.
“Keuntungannya lumayan, digunakan
sebagai modal pembelian bibit, dan pengolahan lahan,” tambahnya.
Ketika ditanya tentang kurangnya minat petani khususnya kaum muda dalam pengembangan tanaman hortikultura ini, dirinya tak jua membantah.
Menurutnya
dibutuhkan peran semua pihak termasuk pemerintah untuk mendorong minat kaum
muda pada usaha pertanian sayur-sayuran ini.
“Kita tentu berharap agar pendampingan dan penyuluhan dari pemerintah
terus dilakukan,” tutupnya.
Selama perbincangan santai ini, saya menyaksikan para pembeli keluar masuk kebun. Umumnya warga sekitar.
Saya pun akhirnya kecipratan rejeki. Beberapa sayuran segar dihadiahkan kepada saya. Tentu secara gratis.
Itulah enaknya, berjumpa dengan kawan lama yang juga menyandang sebagai seorang pastor dan juga petani sayur.
Salam.
Mantap jiwa, terus berkarya romo
BalasHapus