Pesisir pantai utara yang membentang dari Labuan Bajo sampai gugusan pulau-pulau kecil dan besar di Taman Laut 17 Pulau Riung, Kabupaten Ngada menyimpan potensi Wisata yang menarik dan menakjubkan.
Kali ini saya ajak anda menyusuri satu pesisir utara Kabupaten Manggarai Barat. Tentu bukan di Labuan Bajo, yang merupakan salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia setelah Bali dan Lombok.
Tapi lokasi wisata itu adalah Pantai Bari yang terletak di Kecamatan Macang Pacar Kabupaten Manggarai Barat. Saya bersama keluarga berwisata di tempat itu pada akhir pekan kemarin, sekadar rehat sejenak dari rutinitas harian yang kadang kala membosankan.
Pesonanya tak kalah dari daerah wisata lainnya. Namun tempat itu ibarat surga yang tak dirindukan. Sebuah ironi dari pesatnya kemajuan di kota Labuan Bajo, kota dengan julukan Super Premium itu.
******
Matahari turun perlahan mencumbui permukaan lautan saat saya tiba di dermaga kayu Labu Liang - Bari. Sebentar lagi cahayanya akan menghilang menerangi belahan bumi lainnya.
Dari pandangan saya, tak banyak pengunjung yang menikmati tempat ini. Hanya ada satu kapal motor yang tertambat pada tepian pelabuhan kapal yang terbuat dari kayu itu.
Tampak sepi. Kami ditemani cahaya senja yang semakin turun dan terkesan anggun dengan warna indah keemasan, memancarkan siluet merah kekuningan. Saya bersama keluarga duduk menikmati lukisan alam itu seraya mensyukuri betapa keagungan Tuhan itu sungguh ajaib.
Lautnya tenang dan tak berombak. Bisa dimaklumi karena pantai ini diapiti oleh beberapa pulau, yang salah satunya adalah pulau Longos – rumahnya burung kelelawar.
Aktivitas di dermaga itupun tak ada, mungkin saja saat itu warga sekitar yang umumnya pelaut sedang istirahat menunggu magrip.
Namun, yang membuat saya penasaran karena keindahan tempat ini tak pernah diceritakan. Bahkan luput dari pantauan para traveler dan pemburu keindahan. Bisa dimaklumi, untuk menuju pantai Bari ini butuh waktu sekitar 5 jam dari kota Ruteng – Ibu Kota Kabupaten Manggarai. Kondisi jalanannya pun sangat menguras energi.
Sedangkan dari Labuan Bajo menggunakan perahu motor ditempuh sekitar 3 jam dengan biaya 50.000 rupiah. Wilayah terdekatnya adalah Kecamatan Reok Barat - Manggarai dengan akses jalan Propinsi yang tak kunjung diperbaiki. Na'as memang, wilayah ini menyepi dan kehilangan akses dari luar.
Di kala senja berpadu, ribuan kelelawar akan menjadi pemandangan yang menakjubkan. Mereka bermigrasi dari pulau Longos dan akan mencari makan di malam hari di pesisir pantai Bari.
Cahaya kemerahan matahari senja dengan kepakan sayap kelelawar yang beterbangan itu seperti sebuah karya agung yang tiada tandingannya.
Saya menyentuh air laut yang jernih itu. Merasakan sensasinya. Beberapa saat kemudian kami pun tercebur dalam sejuknya air laut pada tepian pantai ini.
Malam akan turun. Bunyi desingan motor listrik rumahan sungguh terdengar keras. Maklum saja, hampir semua warga Bari menggunakan genset sendiri atau energi listrik surya ketika malam tiba. Tak ada penerangan listrik pemerintah sebagaimana di tempat-tempat lainnya.
Tentu ini sungguh berbeda ketika disandingkan dengan Labuan Bajo yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat itu. Dimana perkembangan pembangunan di kota super premium itu begitu masif. Hotel bertumbuh ibarat cendawan di musim hujan. Fasilitas umum diperbaiki dan diperindah. Akses internet diperkuat. Serta berbagai macam pembangunan lainnya yang membuat kota super premium itu menjadi semakin premium dan tak terjangkau.
Apalagi jelang ajang bergengsi Presidensi G20, Labuan Bajo menjadi salah satu lokasi penyelenggaraan Tourism Working Group (TWG) G20 yang rencananya akan berlangsung hingga puncak acara pada November 2022. Karena itu anda bisa membayangkan. Labuan Bajo akan berlari begitu cepat, sedangkan wilayah pesisir lainnya seperti kecamatan Bari akan jauh tertinggal dan semakin tidak tersentuh.
Karena itu moment akhir pekan kemarin, saya bersama keluarga menyepi di pantai Bari dan tidak memilih menghabiskan waktu di kota dengan julukan wisata super premium itu. Salah satu alasannya karena kondisi finansial yang terbatas dan tidak memungkinkan untuk menikmati keindahan yang sangat menakjubkan di kota Labuan Bajo.
Sebagai desa nelayan, warga Bari tentu mengharapkan kemajuan pembangunan. Sebab di sana ada potensi pariwisata masa depan dengan spot bawah laut di lautan dangkal yang tak kalah indahnya. Lebih dari itu suply ikan laut juga banyak tersedia dengan harga yang murah.
Namun sekali lagi, menuju spot wisata tersebut tidaklah mudah. Jangan berekspektasi berlebihan. Sebab di sana tak ada signal internet, tak ada listrik dan kontur jalan masih merupakan sisa-sisa peninggalan dari masa lalu.
Inilah sisi lain dari Wilayah Manggarai Barat yang terkenal dengan kota wisata super premium itu.
BACA : Melawan Arus; Geliat Para Nelayan di Pantai Selatan Nanga Pa’ang-Iteng
Komentar
Posting Komentar