Langsung ke konten utama

Meski Dekat Labuan Bajo, Desa Bari Terlupakan dan Terisolasi

 

Foto: Dok pribadi di Pelabuhan Labu Liang

9/3/2025. Dermaga Labu Liang, Bari.
-----

Lima Puluh Empat tahun berlalu sejak Ibu Kota kecamatan ini dibentuk, perkembangannya begitu-begitu saja. Tak ada yang berubah. 

Yang berubah, adalah lintasan jalur propinsi; dari Golo Welu menuju hutan sebelum Desa Bari. Jalur itu sudah ada beberapa perbaikan dan mulus. Berbeda ketika saya lewat jalur ini tahun 2020 silam, kondisi jalannya rusak parah.

Tetapi di Bari kondisi infrastukturnya masih sama. Jalan desa juga tak kunjung diperbaiki. 

Setelah dicari tahu, jalan yang melintasi desa tersebut peninggalan Bupati Gaspar Parang Ehok. Camatnya waktu itu Alm. Leo Ngambul yang berkolaborasi dengan semangat membangun dari Pater Ernest Waser. 

Dikisahkan warga setempat, usai dilantik sebagai camat Macang Pacar tahun 1992 Bapak Leo Ngambul langsung bekerja keras. Dia bersama warga melakukan survey jalan di kebun warga. Hari-hari berikutnya ia berkutat dengan penggalian lahan warga untuk bangun jalan raya.

Bupati Gaspar kemudian menyambut program itu dengan baik dan pengaspalan jalan tersebut dilakukan. Pater Waser kemudian berperan membangun sistem perpipaan air minum bersih. Dia jualah yang mendirikan 14 rumah dinas untuk ditempati para guru dan para pegawai kantor camat.


Foto : di Pantai Bari

Di sisi lain, seiring berjalannya waktu, Labuan Bajo sampai saat ini berkembang begitu pesat. Padahal jarak dari Labuan Bajo ke Bari hanya 1 jam perjalanan. Keindahan alam dan lautan juga tak kalah cantik. Harusnya Bari juga menjadi penyumbang destinasi wisata untuk labuan Bajo.

Para turis bisa mencicipi keindahan dermaga niaga Labu Liang, pulau Kelelawar, pantai Pasir Putih sepanjang 3 kilometer di Londar, atau menikmati gurihnya beberapa varian ikan karang di Bari.

Bagaimana itu bisa terjadi kalau wilayah itu jarang disentuh nikmatnya aroma pembangunan. Dimana jalan-jalan di sana pun masih rusak parah, listrik juga belum tersedia, signal internet juga tidak merata. Kondisi ini membuat wilayah itu kian terisolasi. 

Saat kemerdekaan Indonesia mencapai 80 tahun, warga di sana masih belum merdeka. Usia kecamatan ini juga sudah 54 tahun tapi kondisinya begini saja. Padahal di sana ada kantor Kecamatan, Polsek, Pusat Komando Rayon Militer (Koramil) yang tergabung dari 5 desa serta banyak kantor pemerintahan lainnya.

Di saat ada oknum yang menolak pengembangan listrik geothermal Poco Leok beberapa waktu lalu di Ruteng, warga di sini merintih dalam diam. Mimpi mereka akan pasokan listrik hanya tinggal angan-angan. 

Dari sisi sumber daya pertanian, wilayah ini juga sangat subur. Pohon pisang tumbuh dimana-mana dan buahnya dijual keluar daerah. Namun hanya bisa terjual ke Bima dengan kapal motor. 

Jumlah penduduk di wilayah ini ada sekitar 5.000 jiwa. Lembaga pendidikan juga tersedia mulai jaman dulu; TK, SD, SMP dan SMA. Bisa dibayangkan kehidupan sekolah tanpa listrik di jaman ini. Itu Mustahil!

Saat bercerita dengan warga, ternyata ini jawabannya mengapa tak ada pembangunan di Bari. Yakni mereka selalu kalah dalam politik. 

Makanya, tahun 2024 kemarin mereka memilih Incubent dan kemenangan di atas 70 persen. Harapannya agar terjadi perubahan sebagaimana yang inginkan warga. 

Rencananya setelah Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Barat ini dilantik maka titik star pembangunan Manggarai Barat dimulai dari Bari. 

Namun tetap saja masyarakat di sana ragu dengan janji itu. Mungkin karena mereka mendengar kalau akan ada wacana efisiensi anggaran. Karena itu saat saya bertanya; pilih pembangunan infrastruktur atau Makan Bergizi Gratis?

Mereka hanya tersenyum. 

Saya pun tak bisa memastikan makna senyuman itu. Senyuman yang mengundang tanya. Senyuman tanpa makna. 

Sepertinya wilayah Bari memang ditakdirkan untuk hidup terisolasi. Surga yang tak dirindukan. Menyendiri. Jauh dari perkembangan. Mereka terpencil, tertinggal dan terluar.

Apes! 

Karena itu ada baiknya kepada 3 orang ini kita harus tunduk dan tidak boleh dilawan; penguasa, atasan dan orang gila. Niscaya pembangunan akan selalu datang saat dibutuhkan.

 

Baca Juga: Terpencil; Pesona Pantai Bari Ibarat Surga Yang Tak Dirindukan

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesta Sambut Baru; Salah Satu Hadiah Terbaik Orang Tua?

Foto di Depan Gereja Katedral Ruteng Oleh : Valensius Onggot Wajahnya sumringah. Ketika begitu banyaknya orang yang datang memberikan ucapan selamat.  “Selamat ya nak!”  Dia pun menerima ucapan selamat itu dengan rasa bangga. Wajahnya tambah ceria. Bak Ratu sehari. Itulah yang dialami oleh anak saya, Cecilia beberapa minggu yang lalu (5/5/2019). Juga mungkin dialami oleh anak-anak lainnya. Apalagi saat ini lagi musimnya pesta sambut baru. Kemarin ditelpon oleh seorang teman, undang saya karena anaknya sambut baru Minggu esok.   “Makasih undangannya kawan!” kata saya. Bagi seorang anak yang beriman Katolik, penerimaan komuni pertama adalah sesuatu yang sangat dinantikan. Karena itu begitu banyak persiapan yang mesti dilakukan. Ada persiapan rohani, baik untuk si anak maupun bagi para orang tua. Namun yang merepotkan adalah persiapan jasmaniah. Pesta-pesta . Ada yang bercerita, kalau sebelumnya si anak turut sama ajakan orang tua. Tak ada pesta-pesta . Yang ada n...

Sejenak “Berkontemplasi” Menikmati Sawah Lingko Cara

Sebagian dari anda tentu sudah mengenal Lodok Lingko Cara yang terletak di Desa Meler, Kecamatan Ruteng, Manggarai. Namun bila anda yang belum ke sana, saya sarankan; carilah kesempatan sejenak untuk menikmati sejuta keindahan alam nan unik yang merupakan warisan masa lalu orang Manggarai itu. Untuk itulah saya bersama keluarga singgah sebentar di lokasi tujuan wisata tersebut. Dengan karcis masuk seharga super murah Sepuluh Ribu Rupiah, perjalanan menikmati keindahan Spider web rice field dari puncak Weol Kelurahan Wae Belang, pun dimulai. Hanya sekitar 400 meter dari jalan raya, kami dan para pengunjung lainnya sudah bisa sampai di puncak Weol. Sedikit bersusah payah, karena harus melewati 200-an anak tangga dengan sedikit treking curam. Untuk kesehatan, nah... ini bagus bagi mereka yang berat badan lagi naik. Di puncak Weol ini, hamparan sawah yang luas akan menjadi suguhan yang enak dipandang. Makanya, anak saya Gavin tiba-tiba mengucapkan kata “amazing” dari mulut...

Hendak Kuliah di Amerika, Ini Konsep Pendidikan Menurut Angela

Oleh : Valensius Onggot "Pendidikan itu adalah investasi," Angela Namanya Angela Merici G. Adem. Umurnya baru 21 Tahun. Ketika ia lulus dalam proses seleksi beasiswa S2 di luar Negeri tahun 2017 silam. Saat itu, baru enam bulan mengajar pada sebuah sekolah swasta di Kabupaten Manggarai. Tepatnya di SMAK St. Stefanus Ketang – Kabupaten Manggarai.  Di usia yang terbilang muda, 20 tahun, Angela sudah mendapatkan gelar sarjana S1 dari Universitas Negeri Malang dengan jurusan yang paling diminatinya; Matematika.  Alur cerita perjalanan hidupnya tentu seharusnya sudah berubah. Ia sudah menjadi guru Matematika dan merasakan nikmatnya menjadi staf pengajar, sesuai gelar kesarjanaannya itu.  Namun tidak bagi Angela. Peluang-peluang baru selalu terbuka. Pendidikan baginya adalah investasi jangka panjang. Tidak cukup hanya menjadi seorang guru, terutama guru di Indonesia Timur yang memiliki catatan buruk soal sarana dan prasarana pendidikan. “Saya mengambil kuliah...

Angela: Kukirimkan Pesan Cintaku Dari Universitas Columbia ke Tana Nuca Lale

Oleh : Valensius Onggot Angela: Foto di depan Columbia University Angela benar-benar sudah tiba di New York Amerika Serikat. Lebih tepatnya dia sudah mengunjungi kampus barunya, Columbia University. Setelah perjalanan panjang dan melelahkan dari Indonesia menuju Amerika. Lihatlah foto selfie Angela di atas, tepat di pelataran Universitas Columbia. Angela ini tentu bangga karena bisa kuliah di salah satu kampus terbaik di Amerika. Universitas yang terletak di Manhattan pusat Kota New York ini masuk dalam Ivy League atau 8 universitas terbaik di Amerika; bahkan di dunia. Saya coba mencari tahu di Mbah Google. Siapa sih orang Indonesia yang pernah belajar di sana? Ternyata tidak banyak. Antara lain ada artis cantik, Cinta Laura. Artis yang  menyanyikan lagu, “becek, ga ada ojek” itu. Selain Cinta Laura, tentunya ada banyak lulusan terkenal dan berprestasi yang mendapatkan penghargaan Nobel. Salah satunya Harold C. Urey di bidang Kimia. Dan masih banyak para lulusan lainn...

Terima SK PPPK, Youtuber Ini Berlinang Air Mata

Foto bersama Jefri Agung Oleh Valensius Onggot Kabar baik datang di Bulan Juni. Terutama bagi tenaga PPPK atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang lolos seleksi pada 2021 lalu. Mereka akhirnya resmi menjadi pegawai pemerintah melalui Surat Keputusan pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara. Tak terkecuali di Kabupaten Manggarai. Pelaksanaan penyerahan SK untuk guru dalam proses seleksi tahab 1 dan 2 diselenggarakan pada Jumat 3 Juni 2022. Penyerahan SK Bupati Manggarai tersebut dilaksanakan secara terpusat di Aula MCC Ruteng oleh Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut, SH. Ada hal yang menarik saat penerimaan SK tersebut. Dari 604 orang guru, saya mendapati seorang guru yang juga sering berkecimpung dalam media sosial. Dia adalah seorang Youtuber. Meski baru setahun jagung dengan subscribe yang masih bisa dihitung dengan jari, proses kreatifnya tak kalah dengan yang berpengalaman. Dia adalah Jefri Agung. Nama chanel youtubenya sama dengan namanya sendiri #htt...

Jalan Panjang Menemukan Seorang Imam Diosesan Pertama Dari Paroki St. Wihelmus Ngkor

Foto: Undangan Tahbisan Diakon Menjadi seorang Imam Katolik berarti mengikrarkan setia selibat, ketaatan dan kesahajaan hidup yang berakar dalam doa. Kami bangga ketika saudara kami ini memilih hidupnya menjadi seorang imam Katolik. Ini berarti dia memberi diri bagi Tuhan dan sesama dengan sukacita dan semangat rela berkorban bagi sesama. By : omvalen Ada sesuatu yang berbeda dari Paroki St. Wihelmus Ngkor tahun ini. Seluruh umat Paroki ini  bergembira menyongsong akan ditahbiskannya seorang imam diosesan/Imam Projo untuk pertama kalinya. Dia adalah Frater Stefanus Jimmy Wintoyo Mala .  Pentahbisan Diakonatnya akan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2020 nanti oleh YM Uskup Ruteng. Kalau tak ada aral rintangan, Frater Jimmy ini selanjutnya akan ditahbiskan menjadi imam pada bulan Oktober 2020 bersama 9 Diakon lainnya. Tentu saja ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Kebanggaan itu tidak hanya diperuntukkan bagi pasangan Bapak Kosmas Mala dan Ibu Bernadeta Ti...

Menakar Konsistensi dan Inovasi Guru SMPN 4 Langke Rembong di Era Pandemi Covid 19

Foto bersama Kepsek SMPN 4 LR Oleh: Valensius Onggot Ketika   pandemi Covid 19 ini menghantam dunia pendidikan, SMP 4 Langke Rembong sesungguhnya telah siap dengan terobosan dan strategi agar keberlangsungan proses pembelajaran tetap terjaga. Terobosan dan strategi ini ditempuh melalui berbagai kegiatan pelatihan bagi para staf pengajarnya. Terutama penggunaan sarana teknologi informasi yang berbasis online . Saya pun berkesempatan menimbah ilmu dari Bapak Wenseslaus R. Yan pada Jumat (25/9) kemarin. Dia adalah seorang konseptor yang menahkodai SMPN 4 Langke Rembong. Kami bercerita tentang pendidikan yang berubah dalam sebuah paradigma baru akibat hantaman pandemi Covid 19. Hal-hal lain, juga tak luput dari pembincangan. Terutama situasi kekinian yang menjadi percakapan publik. Namun jujur saja; saya begitu takluk di hadapan semangat dan optimismenya membangun dunia pendidikan. Terbukti di bawah kepemimpinannya, Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Lao, Kecamatan Langke Rembon...