Langsung ke konten utama

Di Liang Bua, Kami Bertemu Dengan Mr. Jack dan Mrs. Patrisia


Oleh : Valensius Onggot 

Amazing, wonderfull” kata mereka bergantian, setelah bersalaman dengan kami. “This cave is unique and fascinating. The sunlight almost shinning entire part of the cave. It differs with other caves that we had visited,” kata Mrs. Patrisia dalam bahasa Inggris.
Mampir sejenak, di obyek wisata Liang Bua pada hari Selasa (19/02) lalu, menjadikan persinggahan tersebut terkesan sebuah perjalanan wisata. Sebelumnya pernah ke sana, tapi sudah lama sekali.

Sebagaimana diketahui, Liang Bua menjadi salah satu tujuan wisata unggulan di Kabupaten Manggarai selain Destinasi Mbaru Niang di Wae Rebo. Ada juga yang lainnya, seperti lokasi sawah yang berbentuk jaring laba-laba di Lingko Cara.

Hanya sekitar 14 Kilometer dari Ruteng menuju Gua Liang Bua, namun perjalanan sedikit menguras adrenalin, karena jalan yang menikung tajam dan terjal.

Panorama keindahan sepanjang jalan membuat perjalanan semakin asyik. Ada petak sawah yang menghijau dan lebatnya hutan pertanian warga sampai di wilayah Rampasasa.

Sampai di sana kita bisa menikmati sebuah gua, di mana tempat bernaung suatu komunitas kehidupan masa lalu peninggalan jaman praaksara. Gua yang kemudian diidentifikasi sebagai tempat bernaung homo Florensiesis pada 10.000 tahun yang lalu.

Kesan Tentang Liang Bua

Dua orang pengunjung yang diketahui bernama Mr. Jack dan Mrs. Patrisia sebelumnya telah lebih dahulu berada di obyek wisata yang terletak di Dusun Manuk, Desa Liang Bua Kecamatan Rahong Utara-Manggarai. Keduanya adalah wisatawan yang berasal dari Boston Amerika.

Amazing, wonderfull” kata mereka bergantian, setelah bersalaman dengan kami. “This cave is unique and fascinating. The sunlight almost shinning entire part of the cave. It differs with other caves that we had visited,” kata Mrs. Patrisia dalam bahasa Inggris.

Bersamaan dengan itu, selain manusia purba dengan perawakan yang pendek ditemukan pula perkakas batu, sisa-sisa tulang dari gajah purba yang kerdil, biawak raksasa dan tikus besar. Mungkin namanya, Betu.

Katanya, setelah puas menikmati "kadal raksasa" di Komodo island bay, keduanya mencoba menikmati kesejukan gua Liang Bua. Temannya menyampaikan hal itu, bahwa Liang Bua adalah salah satu obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi di Kabupaten Manggarai.

Setelah mengamati sejenak, teman saya, Wilko dengan sangat fasih berbahasa inggris menjelaskan rasa ingin tahu mereka. Tentang ditemukannya kerangka unik yang diidentifikasi sebagai homo Florensiesis oleh para arkeolog pada tahun 2003.

Rasa kagum mereka terus berlanjut menyaksikan Stalagmit cantik yang menjuntai dari langit-langit gua dengan daya tarik yang sangat luar biasa. Saya juga menceritakan kepada mereka, bahwa Gua Liang Bua ini tidak hanya sebagai tempat wisata tetapi juga sebagai tujuan penelitian dari para arkeolog baik dalam negeri maupun luar negeri.

Selain itu, menurut cerita Gua ini juga pernah dipakai oleh seorang Misionaris Katolik sebagai tempat mengajar baca tulis untuk warga di sana.

Dari menikmati Gua Liang Bua, masyarakat bisa memandu wisatawan untuk menikmati beberapa gua lain di sana. Selain itu, bisa menikmati alur sungai dengan menyuguhkan pemandangan sawah dan tebing curam di sana. Kami pun menunjukkan sebuah lubang kecil yang ditutup dengan batu. Keduanya memperhatikan. Rasa penasaran itu pun meluap dari ekspresi keduanya. 

“Itu tempat yang menghubungkan gua ini dengan ruangan lainnya di seberang. Di dalamnya kemungkinan besar terdapat fosil manusia purba lainnya. Kita tidak boleh masuk ke dalam. Very dangerous!,” kata Pak Wilko.

Pose di dalam gua Liang Bua

Dukungan Bagi Community Based Tourism

Berbincang di dalam gua bersama keduanya sungguh menarik perhatian saya. Kata mereka, ini obyek wisata yang sangat bagus. Namun perlu didukung dengan infrastruktur yang bagus. Selain itu mesti tersedia juga sumber daya manusia berupa pemandu yang mampu menjelaskan tentang obyek wisata warisan masa lalu ini.

Bukan tanpa alasan, Mrs. Patrisia menjelaskan hal demikian. Bahwa di Indonesia, juga di belahan bumi lainnya sektor pariwisata memberikan kontribusi perekonomian sebesar 4% yang juga sebagai penyumbang tenaga kerja sebesar 6-7%. Karenanya bagi masyarakat setempat, keberadaan Liang Bua harus diberi dukungan penuh supaya dapat menarik sebanyak mungkin para wisatawan.

Karena itu, konsep Community Based Tourism yang disampaikan oleh Gubernur NTT beberapa waktu lalu, bukanlah sebuah wacana belaka. Pariwisata setidaknya bergerak dalam wilayah akar rumput; wilayah pedesaan. Liang Bua mesti perlahan menuju kepada pengembangan desa wisata.

Untuk bisa seperti itu, maka beberapa elemen dasar mesti menjadi perhatian yaitu; atraksi buatan dari masyarakat setempat perlu dilakukan. Selain itu, fasilitas bagi para wisatawan seperti kios-kios, tempat makan, toilet umum dan lain-lain. Karena keramahtamahan tidak cukup, perlu dikembangkan lagi penyebarluasan informasi dan promosi melalui fasilitas teknologi yang ada.

Pertemuan dengan Mr. Jack dan Mrs. Patrisia saat itu, bagi saya setidaknya menjadi acuan bagi pengembangan pariwisata di daerah kita. Sebagai ucapan terima kasih, Mrs Patrisia dua kali mengeluarkan sejumlah uang untuk diberikan kepada kami. Namun kami menolak, karena kami bukan pemandu. Kami hanya membantu.

See you!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesta Sambut Baru; Salah Satu Hadiah Terbaik Orang Tua?

Foto di Depan Gereja Katedral Ruteng Oleh : Valensius Onggot Wajahnya sumringah. Ketika begitu banyaknya orang yang datang memberikan ucapan selamat.  “Selamat ya nak!”  Dia pun menerima ucapan selamat itu dengan rasa bangga. Wajahnya tambah ceria. Bak Ratu sehari. Itulah yang dialami oleh anak saya, Cecilia beberapa minggu yang lalu (5/5/2019). Juga mungkin dialami oleh anak-anak lainnya. Apalagi saat ini lagi musimnya pesta sambut baru. Kemarin ditelpon oleh seorang teman, undang saya karena anaknya sambut baru Minggu esok.   “Makasih undangannya kawan!” kata saya. Bagi seorang anak yang beriman Katolik, penerimaan komuni pertama adalah sesuatu yang sangat dinantikan. Karena itu begitu banyak persiapan yang mesti dilakukan. Ada persiapan rohani, baik untuk si anak maupun bagi para orang tua. Namun yang merepotkan adalah persiapan jasmaniah. Pesta-pesta . Ada yang bercerita, kalau sebelumnya si anak turut sama ajakan orang tua. Tak ada pesta-pesta . Yang ada n...

Sejenak “Berkontemplasi” Menikmati Sawah Lingko Cara

Sebagian dari anda tentu sudah mengenal Lodok Lingko Cara yang terletak di Desa Meler, Kecamatan Ruteng, Manggarai. Namun bila anda yang belum ke sana, saya sarankan; carilah kesempatan sejenak untuk menikmati sejuta keindahan alam nan unik yang merupakan warisan masa lalu orang Manggarai itu. Untuk itulah saya bersama keluarga singgah sebentar di lokasi tujuan wisata tersebut. Dengan karcis masuk seharga super murah Sepuluh Ribu Rupiah, perjalanan menikmati keindahan Spider web rice field dari puncak Weol Kelurahan Wae Belang, pun dimulai. Hanya sekitar 400 meter dari jalan raya, kami dan para pengunjung lainnya sudah bisa sampai di puncak Weol. Sedikit bersusah payah, karena harus melewati 200-an anak tangga dengan sedikit treking curam. Untuk kesehatan, nah... ini bagus bagi mereka yang berat badan lagi naik. Di puncak Weol ini, hamparan sawah yang luas akan menjadi suguhan yang enak dipandang. Makanya, anak saya Gavin tiba-tiba mengucapkan kata “amazing” dari mulut...

Hendak Kuliah di Amerika, Ini Konsep Pendidikan Menurut Angela

Oleh : Valensius Onggot "Pendidikan itu adalah investasi," Angela Namanya Angela Merici G. Adem. Umurnya baru 21 Tahun. Ketika ia lulus dalam proses seleksi beasiswa S2 di luar Negeri tahun 2017 silam. Saat itu, baru enam bulan mengajar pada sebuah sekolah swasta di Kabupaten Manggarai. Tepatnya di SMAK St. Stefanus Ketang – Kabupaten Manggarai.  Di usia yang terbilang muda, 20 tahun, Angela sudah mendapatkan gelar sarjana S1 dari Universitas Negeri Malang dengan jurusan yang paling diminatinya; Matematika.  Alur cerita perjalanan hidupnya tentu seharusnya sudah berubah. Ia sudah menjadi guru Matematika dan merasakan nikmatnya menjadi staf pengajar, sesuai gelar kesarjanaannya itu.  Namun tidak bagi Angela. Peluang-peluang baru selalu terbuka. Pendidikan baginya adalah investasi jangka panjang. Tidak cukup hanya menjadi seorang guru, terutama guru di Indonesia Timur yang memiliki catatan buruk soal sarana dan prasarana pendidikan. “Saya mengambil kuliah...

Angela: Kukirimkan Pesan Cintaku Dari Universitas Columbia ke Tana Nuca Lale

Oleh : Valensius Onggot Angela: Foto di depan Columbia University Angela benar-benar sudah tiba di New York Amerika Serikat. Lebih tepatnya dia sudah mengunjungi kampus barunya, Columbia University. Setelah perjalanan panjang dan melelahkan dari Indonesia menuju Amerika. Lihatlah foto selfie Angela di atas, tepat di pelataran Universitas Columbia. Angela ini tentu bangga karena bisa kuliah di salah satu kampus terbaik di Amerika. Universitas yang terletak di Manhattan pusat Kota New York ini masuk dalam Ivy League atau 8 universitas terbaik di Amerika; bahkan di dunia. Saya coba mencari tahu di Mbah Google. Siapa sih orang Indonesia yang pernah belajar di sana? Ternyata tidak banyak. Antara lain ada artis cantik, Cinta Laura. Artis yang  menyanyikan lagu, “becek, ga ada ojek” itu. Selain Cinta Laura, tentunya ada banyak lulusan terkenal dan berprestasi yang mendapatkan penghargaan Nobel. Salah satunya Harold C. Urey di bidang Kimia. Dan masih banyak para lulusan lainn...

Terima SK PPPK, Youtuber Ini Berlinang Air Mata

Foto bersama Jefri Agung Oleh Valensius Onggot Kabar baik datang di Bulan Juni. Terutama bagi tenaga PPPK atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang lolos seleksi pada 2021 lalu. Mereka akhirnya resmi menjadi pegawai pemerintah melalui Surat Keputusan pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara. Tak terkecuali di Kabupaten Manggarai. Pelaksanaan penyerahan SK untuk guru dalam proses seleksi tahab 1 dan 2 diselenggarakan pada Jumat 3 Juni 2022. Penyerahan SK Bupati Manggarai tersebut dilaksanakan secara terpusat di Aula MCC Ruteng oleh Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut, SH. Ada hal yang menarik saat penerimaan SK tersebut. Dari 604 orang guru, saya mendapati seorang guru yang juga sering berkecimpung dalam media sosial. Dia adalah seorang Youtuber. Meski baru setahun jagung dengan subscribe yang masih bisa dihitung dengan jari, proses kreatifnya tak kalah dengan yang berpengalaman. Dia adalah Jefri Agung. Nama chanel youtubenya sama dengan namanya sendiri #htt...

Jalan Panjang Menemukan Seorang Imam Diosesan Pertama Dari Paroki St. Wihelmus Ngkor

Foto: Undangan Tahbisan Diakon Menjadi seorang Imam Katolik berarti mengikrarkan setia selibat, ketaatan dan kesahajaan hidup yang berakar dalam doa. Kami bangga ketika saudara kami ini memilih hidupnya menjadi seorang imam Katolik. Ini berarti dia memberi diri bagi Tuhan dan sesama dengan sukacita dan semangat rela berkorban bagi sesama. By : omvalen Ada sesuatu yang berbeda dari Paroki St. Wihelmus Ngkor tahun ini. Seluruh umat Paroki ini  bergembira menyongsong akan ditahbiskannya seorang imam diosesan/Imam Projo untuk pertama kalinya. Dia adalah Frater Stefanus Jimmy Wintoyo Mala .  Pentahbisan Diakonatnya akan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2020 nanti oleh YM Uskup Ruteng. Kalau tak ada aral rintangan, Frater Jimmy ini selanjutnya akan ditahbiskan menjadi imam pada bulan Oktober 2020 bersama 9 Diakon lainnya. Tentu saja ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Kebanggaan itu tidak hanya diperuntukkan bagi pasangan Bapak Kosmas Mala dan Ibu Bernadeta Ti...

Menakar Konsistensi dan Inovasi Guru SMPN 4 Langke Rembong di Era Pandemi Covid 19

Foto bersama Kepsek SMPN 4 LR Oleh: Valensius Onggot Ketika   pandemi Covid 19 ini menghantam dunia pendidikan, SMP 4 Langke Rembong sesungguhnya telah siap dengan terobosan dan strategi agar keberlangsungan proses pembelajaran tetap terjaga. Terobosan dan strategi ini ditempuh melalui berbagai kegiatan pelatihan bagi para staf pengajarnya. Terutama penggunaan sarana teknologi informasi yang berbasis online . Saya pun berkesempatan menimbah ilmu dari Bapak Wenseslaus R. Yan pada Jumat (25/9) kemarin. Dia adalah seorang konseptor yang menahkodai SMPN 4 Langke Rembong. Kami bercerita tentang pendidikan yang berubah dalam sebuah paradigma baru akibat hantaman pandemi Covid 19. Hal-hal lain, juga tak luput dari pembincangan. Terutama situasi kekinian yang menjadi percakapan publik. Namun jujur saja; saya begitu takluk di hadapan semangat dan optimismenya membangun dunia pendidikan. Terbukti di bawah kepemimpinannya, Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Lao, Kecamatan Langke Rembon...